ketika seminar berlangsung suasana di dalamnya begitu hidmat namun kadang diiringi dengan gelak tawa para peserta karena mendengar celotehyan ki entus yang yang asal \”ceprolâ€Ãƒâ€šÃ‚ÂÂÂÂditambah ketika ia berbicara logat tegalannya sangat ken tal sekali menghiasi setiap ucapannya..setilah penyampaian seminar telah selesai,maka ki entus memberikan kesempatankepada para peserta untuk Tanya..namun setelah lama menunggu akhirnuya ada yang bertanya,yang tak lain orangnya adalah temanku si rifki dia berasal dari Bumijawa,Tegal..
diabertanya ki Entusâ€Ãƒâ€šÃ‚ÂÂÂÂBagaimana caranya kita mengikuti jejak-jejak beliau (*dalam hal ini Gusdur)serta kebiasaan apa yang biasa beliau lakukan ketika di pesantren dulu yang bis akita ikuti..?
namun bukannya menjawab,dengan bijaknya ki entus melempar perkara ini kepada Abah kyai Masruri ,karena beliaulah yang lebih tahu karena abahlah yang satu kamar dengan Gusdur ketika masih di pesantren dulu.kemudian beliau menguraikan kebiasaan-kebiasaan gusdur sewaktu di pesantren ,antara lain :
- Gemar membaca Buku
Biasanay ketika beliau masih di pesantren ,beliau sangat suka membaca,karena saking sukanya beliau bisa menghabiskan waktu dari jam 8 pagi hingga 1 siang dengan posisi tiduran (dalam bahasa jawa disebutâ€Ãƒâ€šÃ‚ÂÂÂÂNjublegâ€Ãƒâ€šÃ‚ÂÂÂÂ) dan kebiasaan inipun terus berlanjut ketika Abah kyai berkunjung ke rumahnya yang sederhana Abah menjumpainya sedang khusu\’ membaca.
- Gemar mengaji dan bertanya langsung kepada kyainya
Pernah suatu kali KH.Fatah berkata kepada Gusdur kalau dirinya jangan sampai menghabiskan semua umurnya di sini(tempat kelahiran beliau) Kalau tetap disini maka ilmunya kurang bermanfaat ,akhirnya Gusdurpun memilih berhijrah ke Ibu Kota Jakarta.
KH.Fatah juga berpesan untuk menjadi orang yangâ€Ãƒâ€šÃ‚ÂÂÂÂbahrul Qolbiâ€Ãƒâ€šÃ‚ yangmana bahrul artinya laut dan Qolbi yang berarti hati,pesan ini berarti jadilah oaring yang memiliki hati seluas lautan yang apabila disakiti ketika sedang menyeru kepada ma\’ruf (kebaikan) maka janganlah dendam kepada orang tersebut melainkan tengelamkan semua rasa sakit itu di dalam luasnya lautan hati.
- Orang yang pemaaf
Itulah beberapa sifat Gusdur ketika mondok dulu,setelah berlangsung cukup seru seminarpun berakhir,namun sebelum mengakhiri acaranya sang moderator mempersilahkan bagi peserta yang membawa flash disk yang ingin mengkopi ringkasan buku biografi gusdur serta video pemakamannya diharap datang ke ndalem (sebutan untuk rumah kyai),berhubung aku membawa flash disk tanpa piker panjang aku dan akhlis langsung datang ke Ndalem meminta kopiannya, akhirnya aku pun memdapatkan kopiannya.
Dari seminar ini aku bisa memetik pelajaran serta hikmah tentang kebiasaan positif gusdur ketika mondok duludan sudah selayaknya kita sebagai generasi muda khususnya kaum santri untuk mengikuti jejaknya dan menjadi gusdur modern di masa yang akan datang.
Leave a Reply